Nama
: Agita Widianti
NPM : 20211314
Kelas : 4EB05
Tugas : 2
GLOBAL VS REGIONAL
Global Economic Outlook 2015 VS
Indonesian Economic Outlook 2015
Ekonomi
merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”. Pada
abad ke-19 atau ke-20, makna ekonomi mulai diterapkan sebagai sebuah sistem
yang digunakan di sebuah negara atau wilayah untuk mengatur negara atau wilayah
tersebut.
Ekonomi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring
perkembangan zaman ,tentu kebutuhan terhadap manusia bertambah oleh karena itu
ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Perubahan
yang secara umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu negara seperti
inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan sebagainya. Jika
hal ini ditangani dengan tepat maka suatu negara mengalami keadaan ekonomi yang
stabil, mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada negara tersebut.
Secara
umum ekonomi dibagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor primer, skunder, dan
tersier. Sektor primer adalah sektor yang memanfaatkan langsung sumber daya dari
alam, termasuk di dalamnya pertanian, perhutanan, perikanan, dan pertambangan.
Sektor skunder adalah merupakan sektor yang memproduksi, dan menciptakan produk
akhir yang siap dikonsumsi, antara lain sektor produksi, dan sektor konstruksi.
Sedangkan sektor tersier adalah sektor jasa yang menciptakan produk tak
berbentuk berupa layanan kepada konsumennya.
Perkonomian
di dalam suatu negara memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup negara tersebut. Setiap negara memiliki kebijakan ekonomi yang berbeda-beda
untuk mewujudkan suatu negara yang sejahtera. Dengan adanya sistem ekonomi yang
baik di suatu negara akan berdampak luas bagi elemen-elemen yang terkait di
dalam negara tersebut. Keberhasilan perekonomian suatu negara tidak hanya
melibatkan pemerintahan yang ada tetapi kondisi perekonomian di dunia juga
dapat mempengaruhi hal tersebut.
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi di suatu negara merupakan indikasi
pembangunan ekonomi. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
diukur dengan cara membandingkan GNP yang diperoleh suatu negara pada tahun
yang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Dalam
suatu negara terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor sumber daya manusia, faktor
sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan
faktor sumber daya modal. Kelima faktor di atas merupakan faktor yang mendorong
berhasil atau tidaknya pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Setiap
tahunnya pertumbuhan ekonomi diberbagai negara mengalami grafik yang
berfluktuasi. Naik atau turunya laju pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat
di disebabkan oleh banyak hal. Pada
tahun 2014 perekonomian global pada tahun tersebut juga mengalami krisis ekonomi
global. Para petinggi ekonomi dunia memperingatkan adanya bahaya resesi akibat
melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) pada
saat itu menghimbau kepada negara-negara pemimpin ekonomi dunia untuk mengambil
tindakan yang tepat untuk menangani masalah ini. Tindakan yang disarankan oleh
IMF yaitu melakukan investasi yang besar untuk mendongkrak ekonomi global yang
pertumbuhannya semakin melemah pada saat itu.
Tertekannya
pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2014 disebabkan masih sulitnya sejumlah
kawasan dalam proses pemulihan ekonomi, di samping krisis politik di Ukraina
dan Timur Tengah serta munculnya ancama virus ebola. Negara-negara dalam Zona
Eropa, China, dan Jepang masih belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasi
masalah ini. Seperti konjungtur Cina terus melambat, perekonomian negara
Amerika semakin melemah, dan negara Jerman yang terancam bahaya resesi. Resesi
atau kemerosotan adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (GDP) menurun
ketika pertumbuhan ekonomi rill bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih
dalam satu tahun. Resersi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada
seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan
perusahaan.
Christine
Lagarde selaku direktur IMF pada saat itu meminta agar pemerintah Jerman dan
Amerika Serikat untuk menambah investasi dibidang infrastruktur. Himbauan ini
bertolak belakang dengan rencana kerja IMF sebelumnya, yang lebih memfokuskan
pada tindakan pemerintah untuk melakukan pengetatan anggaran dan mengurangi
hutang luar negeri serta mendorong reformasi structural untuk mendongkrak
konjungtur.
Krisis
ekonomi dunia yang terjadi pada tahun 2014 tidak hanya memberi dampak yang
buruk bagi negara-negara maju di dunia. Untuk negara berkembang seperti
Indonesia tahun 2014, merupakan tahun yang kurang baik. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2014 hanya bertumbuh 5,12%
secara tahunan. Hal ini tergambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus
merosot. Penyebab laju pertumbuhan melambat pada periode pertama adalah
pengeluaran ekspor barang dan jasa yang turun pertumbuhannya sebesar 0,78%.
Selain
itu pada tahun tersebut merupakan tahun yang berat bagi para pelaku bisnis. Hal
tersebut dikarenakan karena berbagai kondisi seperti adanya pemilu, nilai tukar
rupiah yang lemah karena defisit transaksi. Akhirnya hal tersebut berdampak
pada pelaku bisnis yang ada di Indoesia yaitu mereka kehilangan taget yang
telah mereka prediksikan. Hal tersebut juga berdampak pada perekonomian yang
ada di Indonesia, karena sebagian besar perekonomian di Indonesia hidup dari
dunia usaha.
Pertumbuhan
ekonomi dunia yang melemah mengakibatkan turunnya harga-harga sejumlah
komoditas di Indonesia serta memperkecil hadirnya peluang-peluang baru untuk
pertumbuhan. Konsumsi domestik masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Jika Indonesia mampu memperkuat fondasi ekonominya dan dapat
melakukan banyak investasi hal ini dapat membantu Indonesia bangun dari
keterpurukan di tahun yang akan datang. Selain itu menurut Chatib dalam Tribun
Network mengatakan, dengan adanya perbaikan ekonomi di negara Amerika Serikat
dan Jepang diharapkan dapat membuat kinerja ekspor Indonesia kembali naik.
Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan bisa lebih baik lagi.
Berdasarkan
sedikit pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa tahun 2014 merupakan tahun yang
berat bagi beberapa negara. Baik itu negara maju maupun negara berkembang. Untuk
memperbaiki keterpurukan perekonomian dunia maka tiap negara harus memperbaiki
titik-titik kesalahan di masa lalau. Dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi
maka berikut ini beberapa gambaran tentang prospek dari perekonomian di Indonesia
pada tahun 2015 dan prospek perekonomian global pada tahun 2015.
Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi Global (%)
IMF
|
Bank
Dunia
|
|||
2015
|
2016
|
2015
|
2016
|
|
Dunia
|
3,5
|
3,7
|
3,0
|
3,3
|
Negara
Maju
|
2,4
|
2,4
|
2,2
|
2,4
|
Negara
Ekonomi Berkembang
|
4,3
|
4,7
|
4,8
|
5,3
|
Sumber: IMF World Economic Outlook 2015, World Bank
Global Economic Prospect 2015
Setelah
melewati masa yang sulit pada tahun 2014, menurut laporan Global Economic Prospect (GEP) outlook ekonomi global untuk tahun
2015 diperkirakan negara-negara berkembang akan mulai tumbuh pada tahun
ini. Hal tersebut karena rendahnya harga
minyak, menguatnya ekonomi Amerika, serta suku bunga global yang rendah dan
berkurangnya tekanan domestik di sebagian negara-negara berkembang. Di dalam
laporannya GEP menyebutkan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2015 mencapai
angka 3,6%. Sedangkan negara-negara berkembang akan naik ke angka 4,8% pada
tahun 2015. Menghadapi prospek ekonomi global yang tidak menggembirakan pada
tahun ini, pakar IMF menyampaikan kepada negara-negara ekonomi besar seperti
Eropa dan Jepang untuk terus mempertahankan prosentasi suku bunga rendah untuk
menarik pinjaman yang bersifat struktural, diantaranya perlu memanfaatkan
turyn-nya harga minyak untuk menghilangkan program-program subsidi guna
memperkuat keuangan negara dalam jangka panjang.
Menurut
Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim (worldbank.org) “Dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti ini, negara-negara berkembang
harus menggunakan sumber daya untuk mendukung program-program sosial yang
menargetkan masyarakat miskin dan melakukan reformasi struktural yang
berinvestasi pada sumber daya manusia.” Beliau juga menambahkan pentingnya
untuk menghapuskan hambatan-hambatan bagi investasi swasta, karena investasi swasta
saat ini masih menjadi sumber utama pembuka lapangan kerja dan bisa membantu
banyak orang untuk keluar dari kemiskinan.”
Walaupun
secara perlahan ekonomi dunia mulai membaik, tetapi terdapat resiko-resiko yang
membuat proyeksi ke depan masih cenderung menurun, diakibatkan empat faktor.
Pertama perdagangan global yang masih lemah. Kedua, kemungkinan guncangan pada
pasar finansial seiring dengan naiknya suku bunga pada beberapa negara maju di
waktu yang berbeda-beda. Ketiga, adalah seberapa harga minyak yang rendah
melemahkan keseimbangan finansial negara-negara produsen minyak. Keempat,
risiko periode stagnan atau deflasi di wilayah Eropa atau Jepang yang
berlangsung lama.
Arus
perdagangan diperkirakan masih lemah pada 2015. Sejak krisis finansial global,
perdagangan global telah menurun secara signifikan, hanya tumbuh kurang dari 4
persen pada 2013 dan 2014, jauh di bawah pertumbuhan rata-rata sebelum krisis
yaitu sebesar 7 persen per tahun. Laporan GEP ini menganalisa, pertumbuhan yang
lemah ini disebabkan oleh rendahnya permintaan dan berkurangnya sensitivitas
perdagangan dunia dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktivitas global. Perubahan dalam rantai nilai global (global value
chains) dan perubahan komposisi permintaan impor bisa jadi telah
berkontribusi pada rendahnya pertumbuhan perdagangan global. Harga komoditas
diperkirakan akan tetap rendah sepanjang 2015. Jatuhnya harga minyak yang di
luar kebiasaan pada paruh kedua tahun 2014 bisa mengurangi tekanan inflasi
secara signifikan dan memperbaiki transaksi berjalan dan perimbangan fiskal di
negara-negara berkembang pengimpor minyak.
Negara-negara
berpendapatan menengah yang bisa mendapat keuntungan dari jatuhnya harga minyak
adalah India, dimana pertumbuhan diharapkan mencapai 6,4 persen pada tahun 2015
(dari 5,6 persen pada 2014) dan menanjak ke 7 persen untuk 2016 dan 2017. Di
Brazil, Indonesia, Afrika Selatan dan Turki, jatuhnya harga minyak akan
membantu mengurangi inflasi dan mengurangi defisit transaksi berjalan yang
biasanya menjadi sumber kelemahan bagi negara-negara tersebut. Bagaimana pun,
rendahnya harga minyak akan memperlemah aktivitas di negara-negara eksportir.
Sebagai contoh, ekonomi Rusia akan tumbuh sekitar 2,9 persen pada 2015,
kemudian kembali ke zona positif pada 2016 dengan proyeksi pertumbuhan 0,1
persen.
Kontras
dengan negara-negara berpendapatan menengah, aktivitas ekonomi di negara
berpendapatan rendah justru menguat pada 2014 didukung oleh peningkatan
investasi sektor publik, perluasan sektor jasa secara siginifikan, panen yang
baik dan banyaknya dana yang masuk. Pertumbuhan di negara berpendapatan rendah
diharapkan tetap kuat sebesar 6 persen pada 2015 sampai 2017, meskipun
rendahnya harga minyak dan komoditas akan menahan laju pertumbuhan ini
khususnya bagi negara-negara berpendapatan rendah pengekspor komoditas.
Lalu
bagaimana outlook ekonomi Indonesia pada tahun 2015 ini? Beberapa lembaga baik
yang ada di Indonesia maupun lembaga-lembaga dunia seperti BI, Bank Dunia, IMF,
dan ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 sebagai
berikut:
Di tahun 2015 ini diprediksi oleh bank dunia bahwa perekonomian Indonesia tahun depan hanya mencapai 5,2 persen. Prediksi tersebut di bawah prediksi Bank Dunia sebelumnya pada Juli 2014, di mana pada saat itu Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,6 persen di 2015. Revisi prediksi tersebut disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor. Sementara itu untuk pertumbuhan ekonomi 2014, Bank Dunia memprediksi hanya mencapai 5,1 persen lebih rendah dari prediksi sebelumnya 5,2 persen. Bank Dunia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, yang berakibat pada melemahnya harga sejumlah komoditas Indonesia, yang pada akhirnya berdampak pada semakin mengecilnya peluang-peluang baru. Namun, estimasi pertumbuhan yang mengecil tersebut dapat berbalik arah jika investasi yang terjadi tahun depan melampaui ekspektasi.
Menurut Ndiame Diop (petinggi world bank), akan ada tiga tantangan baru yang akan dihadap oleh pemerintah Indonesia adalah. Pertama soal pendapatan negara, di mana pemerintah harus meningkatkan pendapatan negara dengan memaksimalkan pendapatan pajak. Kedua adalah masalah kesehatan. Pembiayaan kesehatan penting untuk memperkuat pondasi negara dalam hal ini SDM, karena SDM itulah yang akan terus menggerakan roda ekonomi ke depan. Tantangan terakhir adalah masalah pembangunan fasilitas pendukung bisnis, apalagi dalam menyambut MEA 2015 hal itu sangat penting, karena dengan adanya fasilitas bisnis yang baik akan mendukung berkembangnya dunia bisnis yang akan berdampak pada masuknya investasi yang akhirnya akan berpengaruh ke kinerja ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN maupun lainnya.
Aviliani Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan terdapat beberapa sektor yang memberikan prospek yang baik ditahun 2015. Sektor gaya hidup atau lifestyle, dinilai akan banyak menjadi incaran investor. Saat ini terdapat sekitar 52 juta orang di Indonesia yang masuk dalam kelas atas dan 100 juta orang masuk kelas menengah. Sektor farmasi juga akan menjadi daya tarik para investor pada tahun ini. Sektor farmasi ini mendukung program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sektor keuangan juga akan menarik perhatian investor sepanjang tahun ini. Salah satunya adalah perkembangan industri asuransi saat ini. Namun demikian, terdapat dua sektor yang menjadi catatan dan perhatian bagi pemerintah Indonesia yaitu sektor pertambangan dan pertanian.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkapkan akan ada beberapa faktor risiko yang harus diwaspadai oleh perekonomian Indonesia pada tahun 2015. Pada pertengahan tahun ini, akan terjadi kenaiakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Fed. Hal tersebut akan memicu terjadinya arus modal keluar selainitu juga akan memicu pelemahan nilai tukar rupiah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok juga harus diwaspadai karena akan memicu perlemahan ekonomi di Indonesia.
Kebijakan pemerintah mengenai kenaikan haga BBM bersubsidi diharapkan dapat mendorong perbaikan ekonomi Indonesia. Hal tersebut akan terwujud apabila dana subsidi itu dialokasikan pada sektor-sektor produktif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi dampak dari kenaikan harga BBM terhadap tingkat inflasi hingga akhir tahun ini diperkirakan berada dikisaran angka 7,7% hingga 8,1%. Meskipun demikian, harga minya dunia turun berada di bawah 70 dollar AS per barell. Penurunan harga minyak dunia ditambah dengan permintaan yang berkurang akibat kenaikan harga BBM, akan mengurangi impor migas. Sehingga perekonomian Indonesia bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prospek ekonomi global maupun Indonesia untuk tahun 2015 masih cukup menghawatirkan. Dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2014 masih meninggalkan cerita lama bagi negara-negara maju maupun negara berkembang di dunia. Untuk mengatasi berbegai kendala yang akan dihadapi maka pemerintah harus bekerja keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi di tahun ini. Misalnya seperti meningkatkan investasi ke negara-negara tetangga.
Sumber
Referensi: