Rabu, 01 Juli 2015

Sejarah Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia

Nama : Agita Widianti

NPM : 20211314

Kelas : 4EB05

Tugas : 3



Sejarah Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.

Praktik akuntansi di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan dan memilki peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini. Namun selama penjajahan Belanda, Indonesia tidak memiliki standar akuntansi dan pada saat itu hana menggunakan standar Sound Business Practice (menggunakan standar Belanda). Perkembangan akuntansi di Indonesia, pada mulanya menganut sistem kontinental, sama seperti yang di pakai Belanda. Sistem kontinental ini, yang disebut juga Tata Buku atau Pembukuan. Setelah Indonesia di jajah oleh negara Belanda dan meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Pada tahun 1955 atau bisa dikatakan 10 tahun setelah Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki undang-undang resmi yang mengatur tentang peraturan standar keuangannya.

Pada tahun 1974 Indonesia mulai mengikuti standar akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan Prinsip Akuntansi. Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK). Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kondifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

Pada tahun 1984 Komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.

Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. 

Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.

Pada Periode 2006-2008, pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar. Sejak Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi dengan International Accounting Standards (IAS) dan International financial reporting standards (IFRS). 5 butir PSAK yang telah direvisi tersebut antara lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30 (ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2008), PSAK No. 50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2009). 

1. PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi yang menggantikan PSAK No. 13 tentang         Akuntansi untuk Investasi (disahkan 1994), 

2. PSAK No. 16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994) : Aktiva               Tetap dan Aktiva Lain-lain dan PSAK 17 (1994) Akuntansi Penyusutan, 

3. PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan PSAK 30 (1994) tentang Sewa Guna             Usaha.

4. PSAK No. 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang             menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu 

5. PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang                 menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.


Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor maupun pembaca atau pengguna lain.

Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia yaitu:

1. Tahap Adopsi (2008-2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapam     infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.

2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penerapan secara bertahap beberapa             PSAK berbasis IFRS.

3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara                   bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampal penerapan PSAK secara komperhensif.



Sumber referensi :




Tahap Penerapan Standar IFRS Di Indonesia

Nama   : Agita Widianti
NPM   : 20211314
Kelas   : 4EB05
Tugas   : 4


Tahapan Penerapan Standar IFRS Di Indonesia


Globalisasi telah menjadikan dunia seakan-akan tanpa batas. Akses informasi dari satu negara ke negara yang lainnya dapat dilakukan dalam hitungan menit bahkan detik. Hal ini memungkinkan komunikasi yang intens diantara penduduk dunia. Salah satu konsekuensi dari interaksi transnasional ini adalah diperlukannya suatu standarnisasi atau aturan umum yang dapat dipakai/dipraktekkan di seluruh dunia. Akuntansi tidak terlepas dari efek globalisasi. Serangkaian gerakan yang dimulai sejak 1973 telah dilakukan oleh International Accounting Standard Committee (IASC). IASC yang pada tahun 2001 berubah menjadi International Accounting Standard Board (IASB) bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan diterapkan secara global diseluruh dunia.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan handal, laporan keuangan tersebut harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi diantaranya berisi tentang aturan-aturan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian suatu pos dalam laporan keuangan. Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan keuangan antar perusahaan memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga memudahkan pengguna untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap laporan keuangan, standar akuntansi tidak hanya harus dipahami oleh penyusun laporan keuangan dan auditor, tetapi juga harus dipahami oleh pembaca.

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Boards (IASB), sebuah lembaga internasional yang bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan, dan diterima secara internasional. Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting Standars/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).

IFRS memberikan kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi, dapat diperbandingkan dan transparan yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder). Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas:
1.        Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
2.        Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3.        Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain. Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara–negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – Negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1.   Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2.   Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3.  Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.

Pada tahun 2012 Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). Keputusan Indonesia untuk melakukan konvergensi akuntansi ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapakan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah menganut standar ini terlebih dahulu. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia dimata  investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal.

Konvergensi IFRS kedalam PSAK memiliki implikasi yang besar bagi dunia usaha, terutama pada sisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi. Tidak hanyak berdampak pada masalah akuntansi,  program konvergensi IFRS pastinya akan menimbulkan dampak untuk berbagai elemen pemerintahan seperti perpajakan, keuangan, bisnis dan lainnya. Seperti halnya dampak konvergensi IFRS  terhadap bisnis antara lain:
1.        Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2.        Relevansi keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
3.        Kinerja keuangan (laporan laba/rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
4.    Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet approach dan fair value.
5.  Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan profesional judgement ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba.
6.        Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.


Sumber referensi

Rabu, 06 Mei 2015

GLOBAL VS REGIONAL

Nama   : Agita Widianti
NPM   : 20211314
Kelas   : 4EB05
Tugas   : 2

GLOBAL VS REGIONAL
Global Economic Outlook 2015 VS Indonesian Economic Outlook 2015
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”. Pada abad ke-19 atau ke-20, makna ekonomi mulai diterapkan sebagai sebuah sistem yang digunakan di sebuah negara atau wilayah untuk mengatur negara atau wilayah tersebut.
Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman ,tentu kebutuhan terhadap manusia bertambah oleh karena itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Perubahan yang secara umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu negara seperti inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan sebagainya. Jika hal ini ditangani dengan tepat maka suatu negara mengalami keadaan ekonomi yang stabil, mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada negara tersebut.
Secara umum ekonomi dibagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor primer, skunder, dan tersier. Sektor primer adalah sektor yang memanfaatkan langsung sumber daya dari alam, termasuk di dalamnya pertanian, perhutanan, perikanan, dan pertambangan. Sektor skunder adalah merupakan sektor yang memproduksi, dan menciptakan produk akhir yang siap dikonsumsi, antara lain sektor produksi, dan sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier adalah sektor jasa yang menciptakan produk tak berbentuk berupa layanan kepada konsumennya.
Perkonomian di dalam suatu negara memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup negara tersebut. Setiap negara memiliki kebijakan ekonomi yang berbeda-beda untuk mewujudkan suatu negara yang sejahtera. Dengan adanya sistem ekonomi yang baik di suatu negara akan berdampak luas bagi elemen-elemen yang terkait di dalam negara tersebut. Keberhasilan perekonomian suatu negara tidak hanya melibatkan pemerintahan yang ada tetapi kondisi perekonomian di dunia juga dapat mempengaruhi hal tersebut.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi di suatu negara merupakan indikasi pembangunan ekonomi. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan GNP yang diperoleh suatu negara pada tahun yang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Dalam suatu negara terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal. Kelima faktor di atas merupakan faktor yang mendorong berhasil atau tidaknya pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Setiap tahunnya pertumbuhan ekonomi diberbagai negara mengalami grafik yang berfluktuasi. Naik atau turunya laju pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat di  disebabkan oleh banyak hal. Pada tahun 2014 perekonomian global pada tahun tersebut juga mengalami krisis ekonomi global. Para petinggi ekonomi dunia memperingatkan adanya bahaya resesi akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) pada saat itu menghimbau kepada negara-negara pemimpin ekonomi dunia untuk mengambil tindakan yang tepat untuk menangani masalah ini. Tindakan yang disarankan oleh IMF yaitu melakukan investasi yang besar untuk mendongkrak ekonomi global yang pertumbuhannya semakin melemah pada saat itu.
Tertekannya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2014 disebabkan masih sulitnya sejumlah kawasan dalam proses pemulihan ekonomi, di samping krisis politik di Ukraina dan Timur Tengah serta munculnya ancama virus ebola. Negara-negara dalam Zona Eropa, China, dan Jepang masih belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Seperti konjungtur Cina terus melambat, perekonomian negara Amerika semakin melemah, dan negara Jerman yang terancam bahaya resesi. Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (GDP) menurun ketika pertumbuhan ekonomi rill bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resersi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Christine Lagarde selaku direktur IMF pada saat itu meminta agar pemerintah Jerman dan Amerika Serikat untuk menambah investasi dibidang infrastruktur. Himbauan ini bertolak belakang dengan rencana kerja IMF sebelumnya, yang lebih memfokuskan pada tindakan pemerintah untuk melakukan pengetatan anggaran dan mengurangi hutang luar negeri serta mendorong reformasi structural untuk mendongkrak konjungtur.
Krisis ekonomi dunia yang terjadi pada tahun 2014 tidak hanya memberi dampak yang buruk bagi negara-negara maju di dunia. Untuk negara berkembang seperti Indonesia tahun 2014, merupakan tahun yang kurang baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2014 hanya bertumbuh 5,12% secara tahunan. Hal ini tergambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merosot. Penyebab laju pertumbuhan melambat pada periode pertama adalah pengeluaran ekspor barang dan jasa yang turun pertumbuhannya sebesar 0,78%.
Selain itu pada tahun tersebut merupakan tahun yang berat bagi para pelaku bisnis. Hal tersebut dikarenakan karena berbagai kondisi seperti adanya pemilu, nilai tukar rupiah yang lemah karena defisit transaksi. Akhirnya hal tersebut berdampak pada pelaku bisnis yang ada di Indoesia yaitu mereka kehilangan taget yang telah mereka prediksikan. Hal tersebut juga berdampak pada perekonomian yang ada di Indonesia, karena sebagian besar perekonomian di Indonesia hidup dari dunia usaha.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah mengakibatkan turunnya harga-harga sejumlah komoditas di Indonesia serta memperkecil hadirnya peluang-peluang baru untuk pertumbuhan. Konsumsi domestik masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika Indonesia mampu memperkuat fondasi ekonominya dan dapat melakukan banyak investasi hal ini dapat membantu Indonesia bangun dari keterpurukan di tahun yang akan datang. Selain itu menurut Chatib dalam Tribun Network mengatakan, dengan adanya perbaikan ekonomi di negara Amerika Serikat dan Jepang diharapkan dapat membuat kinerja ekspor Indonesia kembali naik. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan bisa lebih baik lagi.
Berdasarkan sedikit pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa tahun 2014 merupakan tahun yang berat bagi beberapa negara. Baik itu negara maju maupun negara berkembang. Untuk memperbaiki keterpurukan perekonomian dunia maka tiap negara harus memperbaiki titik-titik kesalahan di masa lalau. Dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi maka berikut ini beberapa gambaran tentang prospek dari perekonomian di Indonesia pada tahun 2015 dan prospek perekonomian global pada tahun 2015.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (%)
IMF
Bank Dunia
2015
2016
2015
2016
Dunia
3,5
3,7
3,0
3,3
Negara Maju
2,4
2,4
2,2
2,4
Negara Ekonomi Berkembang
4,3
4,7
4,8
5,3
Sumber: IMF World Economic Outlook 2015, World Bank Global Economic Prospect 2015

Setelah melewati masa yang sulit pada tahun 2014, menurut laporan Global Economic Prospect (GEP) outlook ekonomi global untuk tahun 2015 diperkirakan negara-negara berkembang akan mulai tumbuh pada tahun ini.  Hal tersebut karena rendahnya harga minyak, menguatnya ekonomi Amerika, serta suku bunga global yang rendah dan berkurangnya tekanan domestik di sebagian negara-negara berkembang. Di dalam laporannya GEP menyebutkan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2015 mencapai angka 3,6%. Sedangkan negara-negara berkembang akan naik ke angka 4,8% pada tahun 2015. Menghadapi prospek ekonomi global yang tidak menggembirakan pada tahun ini, pakar IMF menyampaikan kepada negara-negara ekonomi besar seperti Eropa dan Jepang untuk terus mempertahankan prosentasi suku bunga rendah untuk menarik pinjaman yang bersifat struktural, diantaranya perlu memanfaatkan turyn-nya harga minyak untuk menghilangkan program-program subsidi guna memperkuat keuangan negara dalam jangka panjang.
Menurut Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim (worldbank.org) “Dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti ini, negara-negara berkembang harus menggunakan sumber daya untuk mendukung program-program sosial yang menargetkan masyarakat miskin dan melakukan reformasi struktural yang berinvestasi pada sumber daya manusia.” Beliau juga menambahkan pentingnya untuk menghapuskan hambatan-hambatan bagi investasi swasta, karena investasi swasta saat ini masih menjadi sumber utama pembuka lapangan kerja dan bisa membantu banyak orang untuk keluar dari kemiskinan.”
Walaupun secara perlahan ekonomi dunia mulai membaik, tetapi terdapat resiko-resiko yang membuat proyeksi ke depan masih cenderung menurun, diakibatkan empat faktor. Pertama perdagangan global yang masih lemah. Kedua, kemungkinan guncangan pada pasar finansial seiring dengan naiknya suku bunga pada beberapa negara maju di waktu yang berbeda-beda. Ketiga, adalah seberapa harga minyak yang rendah melemahkan keseimbangan finansial negara-negara produsen minyak. Keempat, risiko periode stagnan atau deflasi di wilayah Eropa atau Jepang yang berlangsung lama.
Arus perdagangan diperkirakan masih lemah pada 2015. Sejak krisis finansial global, perdagangan global telah menurun secara signifikan, hanya tumbuh kurang dari 4 persen pada 2013 dan 2014, jauh di bawah pertumbuhan rata-rata sebelum krisis yaitu sebesar 7 persen per tahun. Laporan GEP ini menganalisa, pertumbuhan yang lemah ini disebabkan oleh rendahnya permintaan dan berkurangnya sensitivitas perdagangan dunia dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktivitas global. Perubahan dalam rantai nilai global (global value chains) dan perubahan komposisi permintaan impor bisa jadi telah berkontribusi pada rendahnya pertumbuhan perdagangan global. Harga komoditas diperkirakan akan tetap rendah sepanjang 2015. Jatuhnya harga minyak yang di luar kebiasaan pada paruh kedua tahun 2014 bisa mengurangi tekanan inflasi secara signifikan dan memperbaiki transaksi berjalan dan perimbangan fiskal di negara-negara berkembang pengimpor minyak.
Negara-negara berpendapatan menengah yang bisa mendapat keuntungan dari jatuhnya harga minyak adalah India, dimana pertumbuhan diharapkan mencapai 6,4 persen pada tahun 2015 (dari 5,6 persen pada 2014) dan menanjak ke 7 persen untuk 2016 dan 2017. Di Brazil, Indonesia, Afrika Selatan dan Turki, jatuhnya harga minyak akan membantu mengurangi inflasi dan mengurangi defisit transaksi berjalan yang biasanya menjadi sumber kelemahan bagi negara-negara tersebut. Bagaimana pun, rendahnya harga minyak akan memperlemah aktivitas di negara-negara eksportir. Sebagai contoh, ekonomi Rusia akan tumbuh sekitar 2,9 persen pada 2015, kemudian kembali ke zona positif pada 2016 dengan proyeksi pertumbuhan 0,1 persen.
Kontras dengan negara-negara berpendapatan menengah, aktivitas ekonomi di negara berpendapatan rendah justru menguat pada 2014 didukung oleh peningkatan investasi sektor publik, perluasan sektor jasa secara siginifikan, panen yang baik dan banyaknya dana yang masuk. Pertumbuhan di negara berpendapatan rendah diharapkan tetap kuat sebesar 6 persen pada 2015 sampai 2017, meskipun rendahnya harga minyak dan komoditas akan menahan laju pertumbuhan ini khususnya bagi negara-negara berpendapatan rendah pengekspor komoditas.
Lalu bagaimana outlook ekonomi Indonesia pada tahun 2015 ini? Beberapa lembaga baik yang ada di Indonesia maupun lembaga-lembaga dunia seperti BI, Bank Dunia, IMF, dan ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 sebagai berikut:



Di tahun 2015 ini diprediksi oleh bank dunia bahwa perekonomian Indonesia tahun depan hanya mencapai 5,2 persen. Prediksi tersebut di bawah prediksi Bank Dunia sebelumnya pada Juli 2014, di mana pada saat itu Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,6 persen di 2015. Revisi prediksi tersebut disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor. Sementara itu untuk pertumbuhan ekonomi 2014, Bank Dunia memprediksi hanya mencapai 5,1 persen lebih rendah dari prediksi sebelumnya 5,2 persen. Bank Dunia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, yang berakibat pada melemahnya harga sejumlah komoditas Indonesia, yang pada akhirnya berdampak pada semakin mengecilnya peluang-peluang baru. Namun, estimasi pertumbuhan yang mengecil tersebut dapat berbalik arah jika investasi yang terjadi tahun depan melampaui ekspektasi.

         Menurut Ndiame Diop (petinggi world bank), akan ada tiga tantangan baru yang akan dihadap oleh pemerintah Indonesia adalah. Pertama soal pendapatan negara, di mana pemerintah harus meningkatkan pendapatan negara dengan memaksimalkan pendapatan pajak. Kedua adalah masalah kesehatan. Pembiayaan kesehatan penting untuk memperkuat pondasi negara dalam hal ini SDM, karena SDM itulah yang akan terus menggerakan roda ekonomi ke depan. Tantangan terakhir adalah masalah pembangunan fasilitas pendukung bisnis, apalagi dalam menyambut MEA 2015 hal itu sangat penting, karena dengan adanya fasilitas bisnis yang baik akan mendukung berkembangnya dunia bisnis yang akan berdampak pada masuknya investasi yang akhirnya akan berpengaruh ke kinerja ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN maupun lainnya.

        Aviliani Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan terdapat beberapa sektor yang memberikan prospek yang baik ditahun 2015. Sektor gaya hidup atau lifestyle, dinilai akan banyak menjadi incaran investor. Saat ini terdapat sekitar 52 juta orang di Indonesia yang masuk dalam kelas atas dan 100 juta orang masuk kelas menengah. Sektor farmasi juga akan menjadi daya tarik para investor pada tahun ini. Sektor farmasi ini mendukung program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sektor keuangan juga akan menarik perhatian investor sepanjang tahun ini. Salah satunya adalah perkembangan industri asuransi saat ini. Namun demikian, terdapat dua sektor yang menjadi catatan dan perhatian bagi pemerintah Indonesia yaitu sektor pertambangan dan pertanian.

      Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkapkan akan ada beberapa faktor risiko yang harus diwaspadai oleh perekonomian Indonesia pada tahun 2015. Pada pertengahan tahun ini, akan terjadi kenaiakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Fed. Hal tersebut akan memicu terjadinya arus modal keluar selainitu juga akan memicu pelemahan nilai tukar rupiah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok juga harus diwaspadai karena akan memicu perlemahan ekonomi di Indonesia.

       Kebijakan pemerintah mengenai kenaikan haga BBM bersubsidi diharapkan dapat mendorong perbaikan ekonomi Indonesia. Hal tersebut akan terwujud apabila dana subsidi itu dialokasikan pada sektor-sektor produktif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi dampak dari kenaikan harga BBM terhadap tingkat inflasi hingga akhir tahun ini diperkirakan berada dikisaran angka 7,7% hingga 8,1%. Meskipun demikian, harga minya dunia turun berada di bawah 70 dollar AS per barell. Penurunan harga minyak dunia ditambah dengan permintaan yang berkurang akibat kenaikan harga BBM, akan mengurangi impor migas. Sehingga perekonomian Indonesia bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.

         Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prospek ekonomi global maupun Indonesia untuk tahun 2015 masih cukup menghawatirkan. Dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2014 masih meninggalkan cerita lama bagi negara-negara maju maupun negara berkembang di dunia. Untuk mengatasi berbegai kendala yang akan dihadapi maka pemerintah harus bekerja keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi di tahun ini. Misalnya seperti meningkatkan investasi ke negara-negara tetangga.


Sumber Referensi:



Sabtu, 04 April 2015

PERKEMBANGAN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Nama   : Agita Widianti
NPM   : 20211314
Kelas   : 4EB05
Tugas   : 1

PERKEMBANGAN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Akuntansi internasional memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat. Sebagai cabang ilmu ekonomi, akuntansi memberikan informasi mengenai suatu perusahaan dan transaksinya untuk memfasilitasi keputusan alokasi sumber daya untuk para pengguna informasi tersebut. Jika informasi yang disajikan dapat bermanfaat dan diandalkan, maka sumber daya yang jumlahnya terbatas dapat dialokasikan secara maksimal. Sebaliknya jika informasi yang disajikan tidak bermanfaat dan tidak dapat diandalkan, maka penggunaan sumber daya menjadi kurang optimal. Peran akuntansi internasional tidaklah berbeda dengan ilmu akuntansi pada umumnya. Namun yang membuat studi akuntansi sedikit berbeda yaitu perusahaan yang dilaporkan adalah perusahaan Multinational Corporation (MNC). Perusahaan MNC memiliki operasi perusahaan dan transaksi yang melintasi batasan antar negara, atau dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kewajiban melakukan pelaporan kepada para pengguna yang berlokasi diberbagai negara.
Proses pelaporan akuntansinya tidaklah berbeda dan masih berada dijalur standar pelaporan yang telah diatur secara internasional maupun lokal pada negara tertentu. Hal yang penting untuk diketahui yaitu mengenai dimensi internasional dari proses akuntansi pada tiap negara yang berbeda. Perbedaan itu meliputi perbedaan budaya, praktik bisnis, struktur politik, sistem hukum, nilai mata uang, tingkat inflasi lokal, dan peraturan perundang-undangan. Seluruh perbedaan di atas dapat mempengaruhi bagaimana perusahaan multinasional melakukan kegiatan operasionalnya dan memberikan informasi laporan keuangannya.
Iqbal, Melcher dan Elmallah mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, perbandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Sauatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor.
Akuntansi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip-prinsip akuntansi antar negara yang berbeda dan harmonis sebagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan kepurusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis. 
Pada awalnya pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 sebelum masehi. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yunani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka-angka desimal arab dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu.
Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan (double entry system) oleh pedagang-pedagang Venesia yang merupakan kota dagang yang terkenal di Italia pada abad ke 14 dan 15. Perkembangannya didorong oleh pertumbuhan perdagangan internasional di Italia Utara dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam perhitungan pajak terhadap transaksi internasional. Dengan dikenalnya sistem pembukuan berpasangan tersebut, pada tahun 1494 telah diterbitkan sebuat buku tentang pelajaran pembukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang ahli matematika bernama Luca Pacioli dengan judul Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang berisi tentang pelajaran ilmu pasti. Namun, di dalam buku itu terdapat beberapa bagian yang berisi pelajaran pembukuan untuk para pengusaha. Bagian yang berisi pelajaran pembukuan itu berjudul Tractatus de Computis et Scriptorio. Buku tersebut kemudian tersebar di Eropa Barat dan selanjutnya dikembangkan oleh para pengarang berikutnya.
Sistem pembukuan berpasangan tersebut selanjutnya berkembang dengan sistem yang menyebut asal negaranya, misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan sistem Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental. Sistem Inggris dan Amerika Serikat disebut Sistem Anglo- Saxon2. Perkembangan Akuntansi dari Sistem Kontinental ke Anglo- Saxon Pada abad pertengahan, pusat perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting (akuntansi).
Pada abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi di Amerika Serikat, kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh akuntansi semakin kuat di dunia barat. Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar praktik nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan aturan profesional.
Perkembangan-perkembangan akuntansi yang terjadi di berbagai negara meliputi beberapa hal berikut ini:
1.    Sekitar abad ke-16 terjadi beberapa perubahan di dalam teknik-teknik pembukuan. Perubahan yang patut dicatat adalah diperkenalkan jurnal-jurnal khusus utuk pencatatan berbagai jenis transaksi yang berbeda.
2.     Pada abad ke-16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan periodic. Sebagai tambahan di abad ke-17 dan abad ke-18 terjadi evolusi pada personifikasi dari seluruh akun dan transaksi, sebagai suatu usaha untuk merasionalisasikan aturan debit dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang tidak pasti hubungannya dengan abstrak.
3.        Penerapan sistem pencatatan berpasangan juga diperluas ke jenis-jenis organisasi yang lain.
4.     Abad ke-17 juga mencatat terjadinya penggunaan akun-akun persediaan yang terpisah untuk jenis barang yang berbeda.
5.       Dimulai dengan East India Company di abad ke-17 den selanjutnya diikuti dengan perkembangan dari perusahaan tersebut. Seiring dengan revolusi industri, akuntansi mendapatkan status yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan akuntansi biaya, dan kepercayaan yang diberikan kepada konsep-konsep mengenai kelangsungan, periodisitas, dan akrual.
6.        Metode-metode untuk pencatatan aktiva tetap mengalami evolusi pada abad ke-18.
7.       Sampai dengan awal abad ke-19, depresiasi untuk aktiva tetap hanya diperhitungkan pada barang dagang yang tidak terjual.
8.        Akuntansi biaya muncul di abad ke-19 sebagai sebuah hasil dari revolusi industry.
9.    Pada paruh terakhir dari abad ke-19 terjadi perkembangan pada teknik-teknik akuntansi untuk pembayaran dibayar di muka dan akrual, sebagai cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba periodik.
10.    Akhir abad ke-19 dan ke-20 terjadi perkembangan pada laporan dana.
11.  Di abad ke-20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi untuk isu-isu kompleks, mulai dari perhitungan laba per saham, akuntansi untuk perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa jangka panjang dan pensiun, sampai kepada masalah penting dari akuntansi sebagai produk baru dari rekayasa keuangan (financial engineering).

Ada 8 (delapan) faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi internasional, yaitu sebagai berikut: 
1.        Sumber Pendanaan
Di Negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki fokus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait. Sebaliknya, dalam sistem berbasis kredit di mana bank merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki focus atas perlindungan kreditor melalui pengukuran akuntansi yang konservatif.
2.        Sistem Hukum
Dunia barat memiliki dua orientasi dasar: hukum kode (sipil) dan hukum umum (kasus). Dalam negara-negara hukum kode, hukum merupakan satu kelompok lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur sehingga aturan akuntansi digabungkan dalam hukum nasional dan cenderung sangat lengkap. Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup seluruh kasus dalam kode yang lengkap.
3.        Perpajakan
Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk mengklaimnya untuk keperluan pajak. Ketika akuntansi keuangan dan pajak terpisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi tertentu.
4.        Ikatan Politik dan Ekonomi
Sistem politik yang ada pada suatu negara turut mewarnai akuntansi, karena sistem politik tersebut “ mengimpor” dan “mengekspor” standar-standar dan praktik-praktik akuntansi. contoh, akuntansi Inggris yang ada semasa pergantian abad ke 20, “diekspor” ke negara-negara persemakmran. Belanda melakukan hal yang sama ke Filipina dan Indonesia, Perancis ke negara-negara jajahannya di Asia dan Afrika. Jerman menggunakan simpati politik untuk mempengaruhi, antara lain akuntansi di Jepang dan Swedia.
5.        Inflasi
Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya historis dan mempengarugi kecenderungan suatu negara untuk menerapkan perubahan akun-akun perusahaan.
6.        Tingkat Perkembangan Ekonomi
Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan salam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama.
7.        Tingkat Pendidikan
Standar praktik akuntansi yang sangat rumit akan menjadi tidak berguna jika disalahartikan dan disalahgunakan. Pengungkapan mengenai resiko efek derivatif tidak akan informatif kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten.
8.        Budaya
Empat dimensi budaya nasional, menurut Hofstede adalah individualisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan maskulinitas.

Klasifikasi Akuntansi Internasional
Terdapat dua pendekatan untuk klasifikasi sistem akuntansi yaitu:
1. Pendekatan deduktif, berkaitan dengan pendekatan ini ada empat pendekatan dalam pengembangan akuntansi.
a.   Macroeconomic Pattern, akuntansi untuk bisnis berhubungan erat dengan kebijakan perekonomian nasional.
b.      Microeconomic Pettern, akuntansi dipandang sebagai cabang ekonomi bisnis. Konsep utamanya adalah bagaimana mempertahankan investasi modal dalam sebuah entitas bisnis.
c.  Independent Dicipline Approach, akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa dan diderivasikan dari praktek bisnis.
d.    Uniform Accounting Approach, akuntansi dipandang sebagai alat yang efisien untuk administrasi dan control.
2.  Pendekatan induktif, Nobes dalam Journal of Business Finance and Accounting (Spring, 1983) mengidentifikasi faktor-faktor yang membedakan sistem akuntansi, yaitu:
a.       Tipe pemakai laporan keuangan yang dipublikasikan
b.      Tingkat kepastian hukum
c.       Peraturan pajak dan pengukuran
d.      Tingkat konservatisme
e.       Tingkat ketaatan penerapan dalam historical cost
f.       Penyesuaian replacement cost
g.      Praktek konsolidasi
h.      Kemampuan untuk memperoleh provisi
i.        Keseragaman antar perusahaan dalam menerapkan peraturan

Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia.
Terlepas dari siapa orang yang pertama kali menemukan double entry system, perkembangan akuntansi semakin pesat. Hal ini sejalan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan suatu usaha, kerena akuntansi berfungsi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan yang bersifat ekonomi. Setiap warga negara mempunyai standar akuntansi yang berbeda dengan negara lain, karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi ekonomi, ideologi ekonomi yang dianut, kondisi politik dan sosial disetiap negara, transaksi antar negara, dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda mengakibatkan munculnya kebutuhan akan standar akuntansi secara internasional. Berdirilah suatu organisasi International Accounting Standard Board (IASB) yang mengeluarkan International Financial Reporting Standard (IFRS), dijadikan sebagai pedoman penyajian laporan keuangan diberbagai negara.
Manfaat Konvergensi Akuntansi Internasional secara umum adalah:
1.  Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
2.        Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
3.    Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
4.        Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
5.   Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Isu-isu Akuntansi Internasional
Konsep dari akuntansi universal atau dunia adalah yang paling luas ruang lingkupnya. Konsep ini mengarahkan akuntansi internasioanal menuju formulasi dan studi atas satu kumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara universal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan satu standardisasi lengkap atas prinsip-prinsip akuntansi secara internasional.
Di dalam kerangka kerja konsep ini, akuntansi internasional dianggap sebagai sebuah sistem universal yang dapat diterapkan di semua negara. Sebuah seperangkat prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles-GAAP) yang diterima di seluruh dunia, seperti yang berlaku di Amerika Serikat, akan dibentuk. Praktik dan prinsip-prinsip yang dikembangkan akan dapat diberlakukan di seluruh negara. Konsep ini akan menjadi sasaran tertinggi dari suatu sistem internasional.
Konsep dari akuntansi komparatif atau akuntansi internasional mengarahkan akuntansi internasional kepada studi dan pemahaman atas perbedaan-perbedaan nasional di dalam akuntansi. Hal ini meliputi :
1.   Kesadaran akan adanya keragaman internasional di dalam akuntansi perusahaan dan praktik-praktik pelaporan.
2.        Pemahaman akan prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi dari masing-masing negara.
3.    Kemampuan untuk menilai dampak dari beragamnya praktik-praktik akuntansi pada pelaporan keuangan.
Munculnya paradigma baru di dalam akuntansi internasional memperluas kerangka kerja dan pemikiran untuk memasukkan ide-ide baru dari akuntansi internasional. Sebagai akibatnya, terbit daftar yang sangat panjang akan konsep-konsep dan teori-teori akuntansi yang dibuat oleh Amenkhienan untuk memasukkan hal-hal sebagai berikut :
1.        Teori universal atau dunia
2.        Teori multinasional
3.        Teori komparatif
4.        Teori transaksi-transaksi internasional
5.    Teori translasi
Masing-masing teori-teori di atas memberikan dasar bagi pengembangan dari sebuah kerangka kerja konseptual untuk akuntansi internasional. Meskipun akan terdapat argumentasi mengenai teori manakah yang akan lebih disukai.
Sumber: